Konservasi Arsitektur
Studi Kawasan Konservasi Kota Tua
Jakarta:
Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa
Disusun Oleh Kelompok IV:
Triansyah
(27312473)
Victor
Parulian ( 27312577 )
William
( 27312714 )
Yosephine
Hendiana ( 27312868 )
Yuna
Arifah ( 27312952 )
Gifari A F (2A313738)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelabuhan
Sunda Kelapa di masa sekarang kini merupakan pelabuhan
bongkar muat barang, terutama kayu dari Pulau Kalimantan. Di sepanjang
pelabuhan berjajar kapal-kapal phinisi atau Bugis Schooner dengan bentuk khas,
meruncing pada salah satu ujungnya dan berwarna-warni pada badan kapal. Setiap
hari tampak pemandangan para pekerja yang sibuk naik turun kapal untuk bongkar
muat.
Pelabuhan
Sunda Kelapa terletak di ujung sebelah utara kota Jakarta, di teluk Jakarta,
atau tepatnya terletak di jalan Baruna Raya No. 2 Jakarta Utara, lebih kurang 8
Km sebelah barat pelabuhan laut Tanjung Priok. Luas area pelabuhan Sunda Kelapa
adalah 631.000 m2, sedangkan luas perairannya adalah 12.090.000 m2. Alur
pelabuhannya sepanjang 2 mil dan lebar 100 m2 dibatasi dengan beton.
Di samping
pelabuhan terdapat pasar ikan yang tetap ramai hingga kini. Di depan areal
menuju pasar ikan terdapat menara pengawas atau yang dulu dikenal dengan
Uitkijk toren. Sekitar 50 meter ke arah barat menara atau terdapat Museum
Bahari. Di dalam museum ini dapat disaksikan peralatan asli, replika,
gambar-gambar dan foto-foto yang berhubungan dengan dunia bahari di Indonesia,
mulai dari zaman kerajaan hingga ekspedisi modern. Museum ini dahulu merupakan
bangunan gudang tempat menyimpan barang-barang dagang VOC di abad 17 dan 18,
dan tetap dipertahankan kondisi aslinya untuk kegiatan pariwisata. Pada sisi
utara museum masih terdapat benteng asli yang menjadi benteng bagian utara.
Memasuki Jln. Tongkol di selatan museum, kita akan tiba di lokasi bekas
galangan kapal VOC atau dikenal juga dengan VOC Shipyard atau VOC dock. Dahulu
kapal-kapal yang rusak diperbaiki di tempat ini. Bangunan panjang dengan
jendela-jendela segi tiga di atapnya kini direvitalisasi sebagai restoran
dengan tetap mempertahankan arsitektur aslinya.
Di sekitar
kawasan pelabuhan Sunda Kelapa hingga kini masih terdapat beberapa peninggalan
Belanda yaitu gedung-gedung yang berarsitektur indah dan megah yang sekarang
ini difungsikan sebagai museum yaitu Museum Bahari, bekas galangan kapal VOC,
Museum Fatahillah, Museum Wayang dan lain sebagainya. Sekitar 2 km dari
pelabuhan ini terdapat stasiun kereta api Kota atau BEOS (Batavia En
OmStreken). Wilayah ini merupakan daerah yang ramai dan padat dengan adanya
pusat -pusat pertokoan dan bisnis yang ada di sekitarnya. Karena itu sejak
dahulu kala pelabuhan Sunda Kelapa sudah merupakan pelabuhan penting karena
merupakan wilayah yang strategis dan dekat dari pusat kota.
Pelabuhan merupakan pintu gerbang dan
dapat memperlancar hubungan antara daerah dan pulau atau bahkan benua dan
bangsa untuk dapat memajukan daerah belakangnya atau hinterland. Dan daerah
belakang ini merupakan daerah yang memiliki kepentingan hubungan ekonomi,
sosial, dan sebagainya untuk pelabuhan tersebut
1.2 Tujuan
Tujuan
studi kawasan konservasi kota tua, khususnya kawasan pelabuhan sunda kelapa
adalah mendeskripsikan kondisi fisik bangunan-bangunan bersejarah di kawasan
pelabuhan sunda kelapa setelah mengalami pemugaran yang kemudian akan
dianalisis sesuasi klasifikasi pemugaran masing-masing bangunan.
1.3 Rumusan
Masalah
- Bagaimana
kondisi fisik bangunan bersejarah yang ada dikawasan pelabuhan sunda
kelapa saat ini?
- Perubahan
apa saja yang terdapat pada bangunan bersejarah yang ada dikawasan
pelabuhan sunda kelapa setelah mengalami pemugaran?
1.4 Batasan
Masalah
Batasan
masalah pada penulisan ini ada bangunan bersejarah di kawasan pelabuhan sunda
kelapa, yakni:
- Raja
Kuring Restaurant
- Café
Galangan VOC
- Museum
Bahari
- Pasar
Ikan
- Pasar
Heksagon
- Kompleks Menara Syahbandar Museum Bahari
BAB II
DATA & TEORI
Gambar 1.1 Sunda
Kelapa
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f7/Iacatra_year_1605-1608_drawn1675-1725.jpg,
20 Mei 2016
Sunda Kelapa
adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya di Jakarta, Indonesia.
Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara. Meskipun saat ini Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di
Jakarta, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan ini adalah
cikal bakal kota Jakarta yang hari jadinya ditetapkan pada 22 Juni 1527.
Gambar 1.2 Peta Batavia
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7c/Batavia_1897.jpg, 20 Mei 2016
Pada saat itu
Sunda Kelapa memiliki nama asli Kalapa, yang merupakan pelabuhan kerajaan Sunda
atau yang lebih dikenal sebagai kerajaan Pajajaran yang beribukota di Pakuan
Pajajaran (Kota Bogor) yang direbut oleh pasukan Demak dan Cirebon.
Pelabuhan Kalapa
dikenal sejak abad ke-12, pada masa masuknya Islam dan para penjajah Eropa,
Kalapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya
Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. Para
penakluk ini mengganti nama pelabuhan Kalapa dan daerah sekitarnya. Pada awal
tahun 1970an, nama kuno Kalapa kembali digunakan sebagai nama resmi pelabuhan
tua ini dalam bentuk Sunda Kelapa.
Masa
HINDU-BUDHA
Menurut penulis
Portugis Toem Pires, Kalapa adalah pelabuhan terbesar di Jawa Barat, selain
Sunda (Banten), Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk yang juga dimiliki
Pajajaran. Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari
ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo ( Dayueh : kota) dalam tempo dua hari.
Pelabuhan Kalapa
telah dipakai sejak zaman Tarumanegara dan diperkirakan sudah ada sejak abad
ke-5 dan saat itu disebut Sundapura. Pada abad ke-12, pelabuhan Kalapa dikenal
sebagai pelabuhan lada yang sibuk memiliki Kerajaan Sunda, yang memiliki
ibukota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran yang saat ini menjadi Kota Bogor.
Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan dan Timur
Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen,
kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur dan zat warna untuk ditukar
dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Masa
ISLAM dan awal KOLONIALISME BARAT
Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, para
penjelajah Eropa mulai berlayar mengunjungi sudut-sudut dunia. Bangsa Portugis
berlayar ke asia dan pada tahun 1511 mereka merebut kota pelabuhan Malaka, di
semenanjung Malaka.
Tome Pires, seorang penjelajah Portugis mengunjungi
pelabuhan-pelabuhan di pantai utara pulau Jawa di antara tahun 1512 dan 1515.
Ia menggambarkan bahwa pelabuhan Sunda Kelapa ramai disinggahi
pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti Sumatra, Malaka, Sulawesi
Selatan, Jawa dan Madura. Adapun di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada,
beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan.
Laporan Portugis menjelaskan bahwa Sunda Kelapa terbujur
sepanjang satu atau dua kilometer di atas potongan-potongan tanah sempit yang
dibersihkan di kedua tepi sungai Ciliwung. Tempat ini ada didekat muaranya yang
terletak di teluk yang terlindung oleh beberapa pulau. Sungainya memungkinkan
untuk dimasuki 10 kapal dagang yang masing-masing memiliki sekitar 100 ton.
Kapal-kapal tersebut umumnya dimiliki oleh orang-orang Melayu, Jepang dan
Tionghoa. Di samping itu ada pula kapal-kapal dari daerah yang sekarang disebut
Indonesia Timur. Sementara itu kapal-kapal Portugis tipe kecil yang dengan
kapasitas muatan 500-1000 ton harus berlabuh di depan pantai. Tome Pires juga
menyatakan bahwa barang-barang komoditas dagang Sunda diangkut dengan lanchara, sebuah kapal yang muatannya
sampai kurang lebih 150 ton.
Pada tahun 1522 gubernur Alfonso d’Albuqueeque yang
berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk menghadiri undangan raja
Sunda membangun benteng keamanan di Sunda Kelapa untuk melawan orang-orang
Cirebon yang bersifat ekspansif. Sementara itu kerajaan Demak sudah menjadi
pusat kekuatan politik Islam. Orang-orang Muslim ini pada awalnya adalah
pendatang dari Jawa dan diantaranya adalah keturunan Arab. Pada 21 Agustus 1522
dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat
loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa,
sedangkan Sunda Kelapa akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda
akan memberikan kepada orang-orang Portugis 1000 keranjang lada sebagai tanda
persahabatan. Sebuah batu peringatan atau padrao
dibuat untuk memperingati peristiwa itu. Padrao
disebut sebagai layang salaka domas dalam cerita rakyat Sunda Mundinglaya
Dikusumah. Padrao itu ditemukan pada tahun 1918 di sudut Prinsenstraat ( Jalan
Cengkeh ) dan Groenstraat ( Jalan Nelayan Timur ) di Jakarta.
Kerajaan Demak menganggap perjanjian Sunda-Portugal
tersebut sebagai sebuah provokasi dan suatu ancaman baginya. Oleh karenanya
Demak menugaskan Fatahillah untuk mengusir Portugis sekaligus merebut kota ini.
Maka pada 22 Juni 1527, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan
Fatahillah merebut Sunda Kelapa. Tragedi tanggal 22 Juni inilah yang hingga
saat ini selalu dirayakan sebagai hari jadi kota Jakarta. Sejak saat itu nama
Sunda Kelapa diganti menjadai Jayakarta. Nama ini biasanya diterjemahkan
sebagai kota kemenangan atau kota kejayaan, yang artinya kemenangan yang diraih
oleh sebuah perbuatan atau usaha ( bahasa Sansekerta, Jayakrta, Dewanagari जयकृत)
Masa
KOLONIALISME BELANDA
Kekuasaan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama. Pada
akhir abad ke-16, bangsa Belanda mulai menjelajahi dunia dan mencari jalan ke
timur. Mereka menugaskan Cornelis de Houtman untuk berlayar ke daerah yang
sekarang disebut Indonesia. Walaupun biaya ekspedisinya tinggi dianggap
berhasil dan Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC) didirikan. Dalam mencari rempah-rempah di Asia Tenggara,
mereka memerlukan basis pula. Maka dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal
30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterzoon Coen
yang sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing Jayakarta didirikan sebuah
kota baru. J. P. Coen pada awalnya ingin menamai kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn
Baru), sesuai kota asalnya Hoorn di Belanda, tetapi pada akhirnya dipilih nama
Batavia. Nama ini dibangun dengan kanal sepanjang 810 meter. Pada tahun 1817,
pemerintah Belanda memperbesarnya menjadi 1825 meter. Setelah zaman
kemerdekaan, dilakukan rehabilitasi sehingga pelabuhan ini memiliki kanal
sepanjang 3.250 meter yang dapat menampung 70 perahu layar dengan sistem susun
sirih.
Abad
ke-19
Sekitar tahun 1859, Sunda Kelapa sudah tidak seramai
masa-masa sebelumnya. Akibat pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat
bersandar di dekat pelabuhan sehingga barang-barang dari tengah laut harus
diangkut dengan perahu-perahu. Kota Batavia saat itu sedang mengalami
percepatan dan sentuhan modern (modernisasi), apalagi sejak dibukanya Terusan
Suez pada 1869 yang mempersingkat jarak tempuh berkat kemampuan kapal-kapal uap
yang lebih laju meningkatkan arus pelayaran antar samudera. Selain itu Batavia
juga bersaing dengan Singapura yang dibangun Raffles sekitar tahun 1819.
Maka dibangunlah pelabuhan samudera Tanjung Priok, yang
jaraknya 15 km ke timur dari Sunda Kelapa untuk menggantikannya. Hampir
bersamaan dengan itu dibangun jalan kereta api pertama (1873) antara
Batavia-Buitenzorg (Bogor). Pada 1869 muncul tren berkuda yang
ditarik empat ekor kuda, yang diberi besi di bagian mulutnya.
Pada pertengahan
abad ke-19 seluruh kawasan sekitar Menara Syahbandar yang ditinggali para elit
Belanda dan Eropa menjadi tidak sehat. Dan setelah wilayah sekeliling Batavia
bebas dari ancaman binatang buas dan gerombolan budak pelarian, banyak orang
Sunda Kelapa berpindah ke wilayah selatan.
Abad
ke-20
Pada masa
kependudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang mulai pada tahun 1942, Batavia
diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala tentara Dai Nippon keluar pada
tahun 1945, nama ini tetap dipakai oleh Belanda yang ingin menguasai kembali
Indonesia. Kemudian pada masa orde baru, nama Sunda Kelapa dipakai kembali.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. D.IV a.4/3/74 tanggal 6
Maret 1974, nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama pelabuhan.
Pelabuhan ini juga bisa disebut Pasar Ikan karena disitu terdapat pasar ikan
yang besar.
Sekarang
Pada saat ini,
pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan wisata karena nilai
sejarahnya yang tinggi. Saat ini pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu
pelabuhan yang dikelola oleh PT. Pelindo II yang tidak disertifikasi International Ship and Port Security
karena sifat pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau.
Saat ini
pelabuhan Sunda Kelapa memiliki luas daratan 760 hektare serta luas perairan
kolam 16.470 hektare, terdiri atas dua pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru.
Pelabuhan utama memiliki panjang area 3.250m dan luas kolam lebih kurang 1.200
m yang mampu menampung 70 perahu layar motor. Pelabuhan Kalibaru panjangnya 750
m lebih dengan luas daratan 343.399 m2, luas kolam 42.128,74 m2,
dan mampu menampung sekitar 65 kapal antar pulau dan memiliki lapangan
penumpulan barang seluas 31.131 m2.
Dari segi
ekonomi, pelabuhan ini sangat strategis karena berdekatan dengan pusat-pusat
perdagangan di Jakarta seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua dan lain-lainnya.
Sebagai pelabuhan antar pulau Sunda Kelapa ramai dikunjungi kapal-kapal
berukuran 175 BRT. Barang-barang yang diangkut di pelabuhan ini selain barang
kelontong adalah sembako serta tekstil. Untuk pembangunan di luar pulau Jawa,
dari Sunda Kelapa juga diangkut bahan bangunan seperti besi beton dan
lain-lain. Pelabuhan ini juga merupakan tujuam pembongkaran bahan bangunan dari
luar Jawa seperti kayu gergajian, rotan, kaoliang, kopra dan lainnya. Bongkar
muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara tradisional. Di pelabuhan
ini juga tersedia fasilitas gudang penimbunan, baik gudang biasa maupun gudang
api.
Dari segi
sejarah, pelabuhan ini merupakan salah satu tujuan wisata di DKI. Tidak jauh
dari pelabuhan ini terdapat Museum Bahari yang menampilkan dunia kemaritiman
Indonesia masa silam serta peninggalan sejarah colonial Belanda di masa lalu.
Disebelah
selatan pelabuhan ini terdapat Galangan Kapal VOC dan gedung-gedung VOC yang
telah direnovasi. Selain itu pelabuhan ini direncanakan akan menjalani
reklamasi pantai untuk pembangunan terminal multifungsi ancol Timur sebesar 500
hektare. [1]
[1]
https://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_Kelapa
Gambar 1.3 Kawasan Sunda Kelapa
Sumber : Analisis
Pribadi, 20 Mei 2016
BAB III
ANALISIS
RAJA KURING RESTAURANT
Gambar 1.4 Raja Kuring Restaurant
Sumber : Analisis
Pribadi, 20 Mei 2016 & Google Maps
1. Info Bangunan
· Nama
Awal :
Scheepswerven
· Tahun
Dibangun :
1635
· Fungsi
Awal Bangunan : Toko Kayu
· Fungsi
Bangunan Sekarang : Restoran
· Langgam
Arsitektur : Ekletik
· Klasifikasi
Pemugaran : Golongan A
· Kondisi
Bangunan : Baik
· Alamat : Jl. Kakap No. 5, Penjaringan, Jakarta
2. Sebelum Mengalami Revitalisasi
Gambar 1.5 Raja
Kuring Restaurant
Sumber :
www.Zomato.com
Setelah Jayakarta
(sebelumnya bernama Sunda Kelapa) dikepung dan dihancurkan
oleh Belanda tahun 1619, Belanda memutuskan agar kantor pusat Vereenigde
Oostindische Compagnie dibangun di
Jayakarta. Setelah masa itu, beragam bangunan bergaya eropa mulai banyak
berdiri. Gaya arsitektur dominan lainnya pada masa ini adalah rumah-rumah
pedagang Cina yang kebanyakan dibangun pada abad ke-18. Sebagian besar struktur
bangunan pada masa ini dipengaruhi gaya Belanda dan Cina.
Salah satu bangunan lama yang bergaya Belanda di kawasan
Sunda Kelapa adalah Scheepswerven yang dahulunya berfungsi sebagai toko kayu
yang cukup terkenal.
3. Setelah Direvitalisasi
Gambar 1.6 Raja
Kuring Restaurant
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 20 Mei 2016
Bangunan Scheepswerven
ini sekarang lebih dikenal dengan nama
Raja Kuring Restaurant yang saat ini difungsikan sebagai restoran dan juga
penyelenggara pesta seperti pernikahan, ulang tahun, seminar, dan lain-lain.
Raja Kuring Restaurant berlokasii di Jl. Kakap No. 5, Penjaringan, Jakarta.
Raja Kuring
Restaurant saat ini menempati bangunan kuno peninggalan
sejarah Belanda
yang
berusia lebih dari 400 tahun dengan luas bangunan lebih dari 2000 meter
persegi.
4. Eksisting
Bentuk Bangunan
Gambar 1.7
Bentuk Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber :
Google
Maps
Bentuk bangunan dengan langgam ekletik ini memiliki bentuk
yang simetris. dilihat dari sisi depan
maupun sisi samping bangunan. Bangunan yang simetris mengakibatkan perletakan
elemen bangunan lainnya memiliki kesaman atar sisi-sisi nya.
Fasad
Gambar 1.8
Fasad Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber :
www.Zomato.com
Fasade bangunan didominasi oleh jendela-jendela kayu yang
banyak dengan ukuran yang besar-besar serta pilar pilar besar yang membulat.
Atap
Gambar 1.9
Bentuk Atap Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : Google Maps
Atap
Restoran Raja Kuring memiliki bentuk perisai yang desainnya disesuaikan dengan
iklim tropis Indonesia.
Gambar 1.10 Dinding Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : Dokumentasi
Pribadi, 20 Mei 2016
Dindingnya berwarna putih khas warna bangunan jaman dulu.
Pintu
Gambar 1.11
Pintu Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : www.zomato.com
Pintu
pada Restoran Raja Kuring memiliki gaya klasik, dengan ukuran yang besar dan
terbuat dari material kayu.
Jendela
Gambar 1.12
JendelaBangunan Restoran Raja Kuring
Dokumentasi
Pribadi, 20 Mei 2016
Sama seperti pintu, jendela pada Restoran Raja Kuring
juga memiliki gaya klasik, dengan ukuran yang besar dan terbuat dari material
kayu.
Plafond
Gambar 1.13
Plafond Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : www.zomato.com
Plafond didominasi kayu.
Kolom
Gambar 1.14
Kolom Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : www.zomato.com
Didominasi
oleh pilar-pilar yang tegas, serta pintu dari kayu berukuran besar.
CAFÉ GALANGAN VOC
Gambar 1.3 Café GALANGAN
Sumber : Dokumentasi
Pribadi, 20 Mei 2016
1.
Info
Bangunan
· Nama
awal : Copagnies Timmer,
en Scheepswerf
· Tahun
dibangun : 1632
· Fungsi
bangunan :
· Langgam
Arsitektur : Neoklasik
2.
Sebelum
mengalami revitalisasi
Berfungsi
sebagai toko
Gambar 1.3 Galangan VOC
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg,
20 Mei 2016
3.
Setelah
mengalami revitalisasi
Berfungsi sebagai restaurant . Bangunan
galangan kapal di masa Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) ini berada tak
jauh dari Pelabuhan Sunda Kelapa, sebuah titik di mana Jakarta bermula. Persis
di seberang VOC Galangan, berdiri pula bangunan serupa yang kemudian menjadi
Museum Bahari.
Galangan kapal ini sudah beroperasi
sejak 1632. Compagnies Timmer en Scheepswerf (Bengkel Kayu dan Galangan Kapal
Kompeni) ini berdiri di atas tanah urukan di tepi barat Kali Besar ketika
Ciliiwung diluruskan mulai dari Pintu Kecil sampai ke Pasar Ikan.
Gambar 1.3 Galangan VOC saat ini
Sumber : Dokumentasi
Pribadi, 20 Mei 2016
MUSEUM BAHARI
Gambar 1.3 Museum Bahari
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg,
20 Mei 2016
1.
Info
Bangunan
· Nama
awal : West Zijasch
Pakhuis-Kompleks Gudang VOC
· Tahun
dibangun : 1652
· Arsitek : Ir. Jacques Bollan
· Fungsi
Awal : Pergudangan
· Fungsi Sekarang : Museum
· Langgam
Arsitektur : -
2.
Sebelum
mengalami revitalisasi
Pada
masa kependudukan Belanda, bangunan ini adalah sebuah gudang yang berfungsi
untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang
merupakan komoditi utama VOC. Letak bangunan ini berada di samping muara Ci
Liwung. Bangunan ini memiliki dua sisi, yaitu sisi barat dikenal dengan sebutan
Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang
Barat ( dibangunan secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur yang
disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau
Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan dan tiga unit
diantaranya saat ini digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya
digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah,
kopi, the, tembaga, timah dan tekstil.
Gambar 1.3 Museum Bahari
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg,
20 Mei 2016
Pada
masa kependudukan Jepang, gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan
barang logistic tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai
oleh PLN dan PTT untuk gudang. Pada tahun 1976, bangunan cagar budaya ini
dipugar kembali dan kemudian pada 7 Juli 1977 diresmikan sebagai Museum Bahari.
3.
Setelah
mengalami revitalisasi
Pada
saat ini, koleksi-koleksi yang disimpan di dalam Museum bahari terdiri atas
berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias,
hingga kapal zaman VOC. Selain itu ada pula berbagai model dan miniature kapal
modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran. Terdapat juga peralatan
yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu seperti alat navigasi, jangkar,
teropong, model mercusuar dan meriam.
Gambar 1.3 Museum Bahari saat ini
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg,
20 Mei 2016
Museum
Bahari juga menampilkan kolesi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di
perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional
masyarakat nelayan Nusantara. Museum ini juga menampilkan matra TNI AL,
koleksikartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritime Nusantara serta
perjalanan kapal KPM Batavia-Amsterdam.
4.
Eksisting
Menara
Gambar 1.4 Menara
Syahbandar
Sumber : http://museum-bahari.blogspot.co.id/
Menara
Syahbandar dibangun tahun 1839 untuk proses administrasi keluar masuknya kapal
sekaligus sebagai pusat pengawasan lautan dan daratan sekitar.
Gambar
1.5
Dinding Museum Bahari
Sumber : http://m-skizze.blogspot.co.id
Dinding merupakan dinding struktur dengan ketebalan 20 cm.
Gambar 1.6 Pintu
Museum Bahari
Sumber : http://m-skizze.blogspot.co.id/
Pintu
yang digunakan berbentuk dome dan terbuat dari kayu jati dan kusennya terbuat
dari batu.
Gambar
1.7
Jendela Museum Bahari
Sumber : http://m-skizze.blogspot.co.id/
Daun
jendela terbuat dari kayu jati dan pegangannya terbuat dari besi. Terdapat juga
teralis yang terbuat dari kayu.
Gambar
1.8
Plafond Museum Bahari
Sumber : http://m-skizze.blogspot.co.id/
Plafond pada museum bahari menggunakan plafond yang
mengekspos balok kayu.
PASAR IKAN
Gambar 1.3 Pasar
Ikan
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg,
20 Mei 2016
1. Info
Bangunan
· Nama
awal : Vismarkt
· Tahun
dibangun : 1635
· Arsitek : Ir. G. Jobst
· Fungsi
Awal Bangunan : Pergudangan
Kapal
· Fungsi
Bangunan Sekarang : Direncanakan
menjadi pusat penjualan cinderamata
· Langgam
Arsitektur : Indische
· Klasifikasi
Pemugaran : A
2. Sebelum
mengalami revitalisasi
Pasar
ikan Sunda Kelapa merupakan pusat perdagangan di Asia. Macam-macam jenis ikan
bisa ditemukan di Pasar Ikan ini. Seafood dan jenis ikan laut yang sulit
ditemuka dipasar lainnya ada disini. Pasar ikan Sunda Kelapa merupakan jaringan
perniagaan yang sangat kuat, karena hampir seluruh pedagang ikan lokal maupun
asing membeli di Pasar Ikan Sunda Kelapa. Karena letaknya yang tidak jauh dari
pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan tetap ramai hingga kini. Didepan areal
menuju Pasar Ikan terdapat menara pengawas yang dikenal dengan nama Uiktijk
Toren.
Gambar 1.3 Vismarkt
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Colonial_architecture_in_Jakarta,
20 Mei 2016
3. Setelah
mengalami revitalisasi
Berfungsi
sebagai pasar TPI . Rencananya kawasan ini akan dilakukan penataan kota tua
sebagai objek wisata museum bahari. Nanti akan ada dermaga kecil untuk
bersandar yacht dan kapal wisatawan turis asing. Penataan ini diharapkan dapat membawa
wisatawan international menikmati Ibu kota DKI Jakarta .
4. Eksisting
Bentuk Bangunan
Gambar 1.3 Pasar Ikan
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg,
20 Mei 2016
Bentuk bangunan pasar ikan merupakan bentuk simetris
persegi panjang yang merupakan deretan dari kios-kios dagang yang terdiri dari
1 sampai 2 lantai bangunan saat sebelum
direstorasi oleh pemprov DKI pada tahun 2016.
Atap
Gambar 1.3 Atap Pasar Ikan
Sumber : Google
Earth, 15 Juni 2016
Atap
kios-kios yang berada di pasar ikan luar batang menggunakan atap miring
berbahan asbes. Kondisi atap sebagin sudah rusak dan terlihat tua. Langgam
indische yang ada pada awal pasar ikan dibangun juga sudah tidak terlihat.
Pintu & Jendela
Gambar 1.3 Pintu Bangunan Pasar Ikan
Sumber
: Google Earth, 15 Juni 2016
Elemen pintu pada kios pasar ikan luar
batang merupakan papan-papan kayu vertikal berwarna biru dan pintu rolling door yang warnanya tidak sama
pada tiap-tiap kiosnya. Berikut pula elemen jendela yang tidak terlihat pada
fasad kios, karena kios sudah terbuka dibagiaan depan untuk berjualan.
Elemen-elemen pintu dan jendela sudah sangat tidak serupa dengan langgam
indische pada awal masa bangunan
Warna
Gambar 1.3 Pasar Ikan
Sumber
: Google Earth, 15 Juni 2016
Warna
pada bangunan kios pasar ikan luar batang merupakan perpaduan warna biru dan
hijua pada bagian dinding dan pintunya.
PASAR HEKSAGON
1. Info Bangunan
· Nama
awal : Pasar Heksagon
· Tahun
dibangun : 1920
· Fungsi
Awal Bangunan : Pasar TPI
· Fungsi
Bangunan Sekarang : Direncanakan
menjadi pusat penjualan cinderamata
· Langgam
Arsitektur : Eklektik
· Klasifikasi
Pemugaran : B
2. Sebelum
Mengalami Revitalisasi
Gambar 1.3 Pasar Heksagon
Sumber : http://media.zenfs.com/id-ID/homerun/liputan6.com/e06fb8ea559d40102bcd8a205fc0fba1
Disebut Pasar Heksagon
karena bentuknya yang segi enam. Pada awalnya bangunan ini merupakan fasilitas
teknis dari pelabuhan ikan di pasar ikan, yang dimanfaatkan sebagai tempat
pendaratan, pelelangan dan pemasaran ikan.
Dan
hingga sebelum dilakukan pemugaran, bangunan ini difungsikan sebagai balai
penelitian kelautan dengan akuarium besar dengan berbagai jenis ikan yang
ditempatkan didalamnya, yang menjadi pusat wisata bagi warga jakarta pada
masanya.
3. Setelah Mengalami Revitalisasi
Sebelum
kawasan penjaringan jakarta utara, khususnya kawasan pasar ikan luar batang
akan direstorasi, pasar heksagon merupakan tempat berjualan dengan pembagian
bangunan berupa kios-kios yang dipetakan. Banyak warga baik pembeli atau
penjual yang memadati kawasan pasar dan sekitarnya serta kendaraan yang keluar
masuk kawasan pasar, sehingga seringkali terjadi kemacetan.
Gambar 1.3 Kondisi sekitar pasar sebelum direstorasi
Sumber : Google
Earth, 15 Juni 2016
Perparkiran
Sebelum direstorasi perparkiran di
kawasan pasar heksagon hanya menggunakan bahu-bahu jalan di depan kios sebagai
tempat parkir, hal ini membuat kemacetan yang tidak dapat dihindari.
4. Eksisting
Bentuk
Gambar 1.3 Pasar Heksagon
Sumber : http://x.detik.com/detail/intermeso/20160518/Ambisi-DKI-Bangun-Wisata-Bahari-/index.php,
15 Juni 2016
Bentuk
bangunan pasar heksagon berbentuk simetris yang merupakan perpaduan dari bentuk
segienam dan persegi panjang. Bentuk bangunan menggunakan langgam ekletik yang
merupakan campuran dari gaya arsitektur indische
dan rumah adat tradisional indonesia.
Atap
Gambar 1.3 Atap Pasar Heksagon
Sumber : Google
Earth, 15 Juni 2016
Atap
bangunan pasar heksagon menggunakan atap perisai dengan penutup atap berbahan
genting yang terbuat dari tanah liat dengan warna kecoklatan. Kondisi atap
sebagian sudah rusak dan tua sehingga harus segera diperbaiki dan diganti
dengan yang baru
Pintu & Jendela
Gambar 1.3 Pintu Pasar Heksagon
Sumber : Google
Earth, 15 Juni 2016
Jika
dibandingkan dengan bangunan pasar heksagon pada saat awal, elemen pintu dan jendela
yang ada saat ini sudah jauh berbeda bentuk dan materialnya.
Pintu
pasar heksagon saat ini merupakan pintu yang terbuat dari papan-papan kayu
vetikal berwarna biru, yang digunakan saat pemilik kios pasar menutup kiosnya.
Kondisi pintu sudah terbilang cukup tua, sehingga untuk tetap mempertahankan
ciri bangunan cagar budaya pasar heksagon, maka diperlukan restorasi yang dapat
tetap mempertahankan keasilian dari bangunannya.
Jendela pasar heksagon saat ini tidak
tampak dari fasad luarnya, karena pedagang kios sudah cukup mendapatkan
sirkulasi udara dengan bagian depan kios yang terbuka untuk berjualan.
Gambar 1.3 Warna Pasar Heksagon
Sumber
: Google Earth, 15 Juni 2016
Bangunan pasar heksagon didominasi oleh warna coklat pada atap dan biru
pada pintu-pintu kios pasar.
KOMPLEKS MENARA SYAHBANDAR
Gambar 1.3 Menara Syahbandar
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg,
20 Mei 2016
1. Info
Bangunan
· Nama
awal : De Uitjikpost
· Tahun
dibangun : 1839
· Fungsi
bangunan : dulu: menara peninjau,
sekarang:Museum
· Langgam
Arsitektur : Neo Klasik
2. Sebelum
mengalami revitalisasi
Disebut
juga Uitkljk, Uitkijk Post. Berada di tepi barat
muara Ciliwung, tepatnya terletak di Jl. Pasar Ikan No.1, Jakarta.
Didirikan tahun 1640 dan berfungsi sebagai De Uitkijk atau
menara peninjau, baik ke arah Pelabuhan Sunda Kelapa dan laut lepas di
sebelah utara maupun ke arah Kota Batavia di sebelah
selatannya. Menara Syahbandar tingginya 40 meter dan untuk mencapai
puncaknya terpasang sebuah tangga khusus. Pada tahun 1839 didirikan
menara baru sebagai pengganti menara yang lama. Menara ini kemudian
direnovasi bersamaan dengan pemugaran bangunan gudang-gudang yang
dijadikan Museum Bahari. Sebelum dipugar pernah dijadikan Kantor Komseko
(Komando Sektor Kepolisian) dan pernah pula digunakan sebagai Kantor
Museum Bahari.
Menara
Syahbandar juga berfungsi sebagai menara pengintai serta stasiun
meteorologi. Sejak dahulu apabila berada di ruang paling atas dan
sedang bertiup angin kencang atau mobil melintas kencang dibawahnya,
menara tersebut terasa bergoyang-goyang, sehingga dinamakan juga
"Menara Goyang". Menara tersebut dikelilingi oleh tembok
tebal yang merupakan sebuah bastion yang menyatu pada tembok
pertahanan Kota Batavia tempo dulu. Pada tembok kokoh itu bersandar
dua buah meriam kuno masa lalu. Di dalam sebuah ruangan kantor dalam
Menara Syahbandar dapat disaksikan sebuah peninggalan masa silam yang
unik, berbentuk lempengan batu bertuliskan huruf Cina, diduga
merupakan titik meridian atau titik pusat Kota Batavia. Huruf Cina
tersebut berbunyi: Batas Titik. Menara Syahbandar sebenarnya
berada dalam satu kelompok dengan beberapa bangunan di sekitarnya,
antara lain: Gedung di sebelah timur menara yang menghadap
keluar atau di sebelah barat Sungai Ciliwung, dahulu digunakan
sebagai Kantor Pabean (Bea Cukai); Gedung yang berhadapan
dengan menara dan gedung Pabean, pada jaman VOC digunakan sebagai
Gedung Navigasi atau gudang perlengkapan kapal; Gedung yang terletak
di depan pintu gerbang kompleks menara ini dulunya dipergunakan oleh
VOC sebagai Kantor Perdagangannya.
Gambar 1.3 Menara Syahbandar
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Colonial_architecture_in_Jakarta,
20 Mei 2016
Pada
masa dahulu dari atas menara ini dapat disaksikan lalu lintas kapal dan
perahu serta aktivitas perniagaan sepanjang muara Ciliwung serta
wajah Kota Batavia hingga ke laut lepas. Di samping itu panorama
indah seluruh kawasan Bandar Sunda Kelapa dan sisa-sisa kejayaan VOC
yang masih tertinggal di kawasan kota asli. Kemudian agak ke
barat terdapat Menara Pabean, didekatnya terdapat sebuah bangunan
rendah yang dahulu berfungsi sebagai kantor administrasi. Salah satu
bangunan menara ini agak condong karena ia bertumpu pada dua bagian tanah
yang berbeda daya dukungnya. Kedua menara tersebut berdenah persegi
panjang. Pola desainnya sederhana, dengan garis-garis
kuat, proporsinya mantap dan enak dipandang. Di seberang jalan di
sebelah selatan Menara Pabean, terdapat bangunan lama dua lantai yang
memanjang dari utara ke selatan. Lingkungan di sekitar bangunan ini dahulu
disebut Galangan Kapal milik VOC yang mulai berfungsi sejak tahun
1632. [1]
[1]
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3059/Syahbandar-Menara
3.
Eksisting
Jendela
Gambar 1.3 Menara Syahbandar
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKZFGIH94jcTvjeOs7Ts0tnoBkMd_OacKQ1jjXBiZjPPNnSKhxLFipD9AHNGYKK9d6b0VdCauovjbasMCeghuEAZsVhYFS5cXoLfd1kIqFti5mSjKPJ7wKbtnbS9LVWyIRVth-d83OAUo/s1600/Picture24.jpg
Jendela
pada menara Syahbandar memiliki gaya eropa klasik.
Gambar 1.3 Menara Syahbandar
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Menara
Syahbandar memiliki bentuk perisai yang mana desainnya disesuaikan dengan iklim
tropis Indonesia.
Gambar 1.3 Pintu Menara Syahbandar
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMgcs34zXhv4AQolZkkrJ5DUXCo-tgDyOhowa-SNNwErVKkMzqfpyKdUsz9xcXTvtqp1erohizp40Kh8x4wQiN_f3KaRdDatzmhtMDgcwwPtlqsDYjMYHWW0we44SIdrQi8p9bVXS0sCo/s1600/Picture20.jpg
Sama
seperti dengan jendela, pintu pada menara Syahbandar juga memiliki gaya eropa
klasik. Hal ini bisa dilihat dari bentukan ventilasi diatas pintu
Pada
awalnya, menara syahbandar memiliki warna bangunan putih. Namun setelah
dilakukan pemugaran, warna bangunan ini menjadi kuning gading, dengan warna
hijau pada bagian jendela dan pintu. Selain itu, pada ventilasi dan list pintu
juga dihiasi dengan warna merah. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari
budaya Jakarta asli yaitu budaya Betawi dan Cina.
BAB IV
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pelabuhan
Sunda Kelapa yang membahas tentang revitalisasi bangunan
kolonial dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa
ditemukannya berbagai macam golongan klasifikasi pemugaran pada setiap bangunan
colonial di Pelabuhan Sunda Kelapa.
2. Penggunaan bangunan
colonial di tahun sekarang sangat signifikan karena bangunan colonial nya
menjadi pusat wisata Provinsi DKI Jakarta .
https://en.wikipedia.org/wiki/Colonial_architecture_in_Jakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_Kelapa
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/82/VIS-MARKT-op-BATAVIA-1682.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0a/Ciliwung_080710-0799_mb.JPG
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/82/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_Havenkanaal_met_de_Boom_en_zeilschepen_op_de_rede_Batavia_TMnr_60004893.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0e/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Olieverfschilderij_voorstellende_het_Kasteel_Batavia_gezien_van_Kali_Besar_west_met_op_de_voorgrond_de_vismarkt_TMnr_118-167.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f3/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Kaart_voorstellende_het_Kasteel_en_de_Stad_Batavia_in_het_jaar_1667_TMnr_496-2.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2e/Abandon_sampan.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9e/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Weststraat_Batavia_TMnr_10014884.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/89/Watchtower_Sunda_Kelapa.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/94/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Prauwen_in_het_Havenkanaal_bij_de_Uitkijk_Batavia_TMnr_60050812.jpg
http://www.kompasiana.com/shy.star/jelajah-kota-tua_54fff977a33311bb6d50f8c3
http://sketsaskatsu.blogspot.co.id/2013/07/konservasi-arsitektur-menara-syahbandar.html