Rabu, 15 Juni 2016

Studi Kawasan Konservasi Pelabuhan Sunda Kelapa

Konservasi Arsitektur
Studi Kawasan Konservasi Kota Tua Jakarta:
Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa

Disusun Oleh Kelompok IV:
Triansyah (27312473)
Victor Parulian ( 27312577 )
William ( 27312714 )
Yosephine Hendiana ( 27312868 )
Yuna Arifah ( 27312952 )
Gifari A F (2A313738)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Pelabuhan Sunda Kelapa di masa sekarang kini merupakan pelabuhan bongkar muat barang, terutama kayu dari Pulau Kalimantan. Di sepanjang pelabuhan berjajar kapal-kapal phinisi atau Bugis Schooner dengan bentuk khas, meruncing pada salah satu ujungnya dan berwarna-warni pada badan kapal. Setiap hari tampak pemandangan para pekerja yang sibuk naik turun kapal untuk bongkar muat.
Pelabuhan Sunda Kelapa terletak di ujung sebelah utara kota Jakarta, di teluk Jakarta, atau tepatnya terletak di jalan Baruna Raya No. 2 Jakarta Utara, lebih kurang 8 Km sebelah barat pelabuhan laut Tanjung Priok. Luas area pelabuhan Sunda Kelapa adalah 631.000 m2, sedangkan luas perairannya adalah 12.090.000 m2. Alur pelabuhannya sepanjang 2 mil dan lebar 100 m2 dibatasi dengan beton.
Di samping pelabuhan terdapat pasar ikan yang tetap ramai hingga kini. Di depan areal menuju pasar ikan terdapat menara pengawas atau yang dulu dikenal dengan Uitkijk toren. Sekitar 50 meter ke arah barat menara atau terdapat Museum Bahari. Di dalam museum ini dapat disaksikan peralatan asli, replika, gambar-gambar dan foto-foto yang berhubungan dengan dunia bahari di Indonesia, mulai dari zaman kerajaan hingga ekspedisi modern. Museum ini dahulu merupakan bangunan gudang tempat menyimpan barang-barang dagang VOC di abad 17 dan 18, dan tetap dipertahankan kondisi aslinya untuk kegiatan pariwisata. Pada sisi utara museum masih terdapat benteng asli yang menjadi benteng bagian utara. Memasuki Jln. Tongkol di selatan museum, kita akan tiba di lokasi bekas galangan kapal VOC atau dikenal juga dengan VOC Shipyard atau VOC dock. Dahulu kapal-kapal yang rusak diperbaiki di tempat ini. Bangunan panjang dengan jendela-jendela segi tiga di atapnya kini direvitalisasi sebagai restoran dengan tetap mempertahankan arsitektur aslinya.
Di sekitar kawasan pelabuhan Sunda Kelapa hingga kini masih terdapat beberapa peninggalan Belanda yaitu gedung-gedung yang berarsitektur indah dan megah yang sekarang ini difungsikan sebagai museum yaitu Museum Bahari, bekas galangan kapal VOC, Museum Fatahillah, Museum Wayang dan lain sebagainya. Sekitar 2 km dari pelabuhan ini terdapat stasiun kereta api Kota atau BEOS (Batavia En OmStreken). Wilayah ini merupakan daerah yang ramai dan padat dengan adanya pusat -pusat pertokoan dan bisnis yang ada di sekitarnya. Karena itu sejak dahulu kala pelabuhan Sunda Kelapa sudah merupakan pelabuhan penting karena merupakan wilayah yang strategis dan dekat dari pusat kota.
Pelabuhan merupakan pintu gerbang dan dapat memperlancar hubungan antara daerah dan pulau atau bahkan benua dan bangsa untuk dapat memajukan daerah belakangnya atau hinterland. Dan daerah belakang ini merupakan daerah yang memiliki kepentingan hubungan ekonomi, sosial, dan sebagainya untuk pelabuhan tersebut

1.2       Tujuan
Tujuan studi kawasan konservasi kota tua, khususnya kawasan pelabuhan sunda kelapa adalah mendeskripsikan kondisi fisik bangunan-bangunan bersejarah di kawasan pelabuhan sunda kelapa setelah mengalami pemugaran yang kemudian akan dianalisis sesuasi klasifikasi pemugaran masing-masing bangunan.

1.3       Rumusan Masalah
  1. Bagaimana kondisi fisik bangunan bersejarah yang ada dikawasan pelabuhan sunda kelapa saat ini?
  2. Perubahan apa saja yang terdapat pada bangunan bersejarah yang ada dikawasan pelabuhan sunda kelapa setelah mengalami pemugaran?
1.4       Batasan Masalah
Batasan masalah pada penulisan ini ada bangunan bersejarah di kawasan pelabuhan sunda kelapa, yakni:
  1. Raja Kuring Restaurant
  2. Café Galangan VOC
  3. Museum Bahari
  4. Pasar Ikan
  5. Pasar Heksagon
  6. Kompleks Menara Syahbandar Museum Bahari
BAB II
DATA & TEORI

Gambar 1.1 Sunda Kelapa
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f7/Iacatra_year_1605-1608_drawn1675-1725.jpg, 20 Mei 2016

Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya di Jakarta, Indonesia. Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Meskipun saat ini Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di Jakarta, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan ini adalah cikal bakal kota Jakarta yang hari jadinya ditetapkan pada 22 Juni 1527. 
Gambar 1.2 Peta Batavia
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7c/Batavia_1897.jpg, 20 Mei 2016
Pada saat itu Sunda Kelapa memiliki nama asli Kalapa, yang merupakan pelabuhan kerajaan Sunda atau yang lebih dikenal sebagai kerajaan Pajajaran yang beribukota di Pakuan Pajajaran (Kota Bogor) yang direbut oleh pasukan Demak dan Cirebon.
Pelabuhan Kalapa dikenal sejak abad ke-12, pada masa masuknya Islam dan para penjajah Eropa, Kalapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. Para penakluk ini mengganti nama pelabuhan Kalapa dan daerah sekitarnya. Pada awal tahun 1970an, nama kuno Kalapa kembali digunakan sebagai nama resmi pelabuhan tua ini dalam bentuk Sunda Kelapa.

Masa HINDU-BUDHA
Menurut penulis Portugis Toem Pires, Kalapa adalah pelabuhan terbesar di Jawa Barat, selain Sunda (Banten), Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk yang juga dimiliki Pajajaran. Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo ( Dayueh : kota) dalam tempo dua hari.
Pelabuhan Kalapa telah dipakai sejak zaman Tarumanegara dan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-5 dan saat itu disebut Sundapura. Pada abad ke-12, pelabuhan Kalapa dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk memiliki Kerajaan Sunda, yang memiliki ibukota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran yang saat ini menjadi Kota Bogor. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.

Masa ISLAM dan awal KOLONIALISME BARAT
Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, para penjelajah Eropa mulai berlayar mengunjungi sudut-sudut dunia. Bangsa Portugis berlayar ke asia dan pada tahun 1511 mereka merebut kota pelabuhan Malaka, di semenanjung Malaka.
Tome Pires, seorang penjelajah Portugis mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di pantai utara pulau Jawa di antara tahun 1512 dan 1515. Ia menggambarkan bahwa pelabuhan Sunda Kelapa ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa dan Madura. Adapun di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan.
Laporan Portugis menjelaskan bahwa Sunda Kelapa terbujur sepanjang satu atau dua kilometer di atas potongan-potongan tanah sempit yang dibersihkan di kedua tepi sungai Ciliwung. Tempat ini ada didekat muaranya yang terletak di teluk yang terlindung oleh beberapa pulau. Sungainya memungkinkan untuk dimasuki 10 kapal dagang yang masing-masing memiliki sekitar 100 ton. Kapal-kapal tersebut umumnya dimiliki oleh orang-orang Melayu, Jepang dan Tionghoa. Di samping itu ada pula kapal-kapal dari daerah yang sekarang disebut Indonesia Timur. Sementara itu kapal-kapal Portugis tipe kecil yang dengan kapasitas muatan 500-1000 ton harus berlabuh di depan pantai. Tome Pires juga menyatakan bahwa barang-barang komoditas dagang Sunda diangkut dengan lanchara, sebuah kapal yang muatannya sampai kurang lebih 150 ton.
Pada tahun 1522 gubernur Alfonso d’Albuqueeque yang berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk menghadiri undangan raja Sunda membangun benteng keamanan di Sunda Kelapa untuk melawan orang-orang Cirebon yang bersifat ekspansif. Sementara itu kerajaan Demak sudah menjadi pusat kekuatan politik Islam. Orang-orang Muslim ini pada awalnya adalah pendatang dari Jawa dan diantaranya adalah keturunan Arab. Pada 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa, sedangkan Sunda Kelapa akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda akan memberikan kepada orang-orang Portugis 1000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan. Sebuah batu peringatan atau padrao dibuat untuk memperingati peristiwa itu. Padrao disebut sebagai layang salaka domas dalam cerita rakyat Sunda Mundinglaya Dikusumah. Padrao itu ditemukan pada tahun 1918 di sudut Prinsenstraat ( Jalan Cengkeh ) dan Groenstraat ( Jalan Nelayan Timur ) di Jakarta.
Kerajaan Demak menganggap perjanjian Sunda-Portugal tersebut sebagai sebuah provokasi dan suatu ancaman baginya. Oleh karenanya Demak menugaskan Fatahillah untuk mengusir Portugis sekaligus merebut kota ini. Maka pada 22 Juni 1527, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah merebut Sunda Kelapa. Tragedi tanggal 22 Juni inilah yang hingga saat ini selalu dirayakan sebagai hari jadi kota Jakarta. Sejak saat itu nama Sunda Kelapa diganti menjadai Jayakarta. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai kota kemenangan atau kota kejayaan, yang artinya kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha ( bahasa Sansekerta, Jayakrta, Dewanagari जयकृत)

Masa KOLONIALISME BELANDA
Kekuasaan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama. Pada akhir abad ke-16, bangsa Belanda mulai menjelajahi dunia dan mencari jalan ke timur. Mereka menugaskan Cornelis de Houtman untuk berlayar ke daerah yang sekarang disebut Indonesia. Walaupun biaya ekspedisinya tinggi dianggap berhasil dan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) didirikan. Dalam mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, mereka memerlukan basis pula. Maka dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterzoon Coen yang sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing Jayakarta didirikan sebuah kota baru. J. P. Coen pada awalnya ingin menamai kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn Baru), sesuai kota asalnya Hoorn di Belanda, tetapi pada akhirnya dipilih nama Batavia. Nama ini dibangun dengan kanal sepanjang 810 meter. Pada tahun 1817, pemerintah Belanda memperbesarnya menjadi 1825 meter. Setelah zaman kemerdekaan, dilakukan rehabilitasi sehingga pelabuhan ini memiliki kanal sepanjang 3.250 meter yang dapat menampung 70 perahu layar dengan sistem susun sirih.

Abad ke-19
Sekitar tahun 1859, Sunda Kelapa sudah tidak seramai masa-masa sebelumnya. Akibat pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan sehingga barang-barang dari tengah laut harus diangkut dengan perahu-perahu. Kota Batavia saat itu sedang mengalami percepatan dan sentuhan modern (modernisasi), apalagi sejak dibukanya Terusan Suez pada 1869 yang mempersingkat jarak tempuh berkat kemampuan kapal-kapal uap yang lebih laju meningkatkan arus pelayaran antar samudera. Selain itu Batavia juga bersaing dengan Singapura yang dibangun Raffles sekitar tahun 1819.
Maka dibangunlah pelabuhan samudera Tanjung Priok, yang jaraknya 15 km ke timur dari Sunda Kelapa untuk menggantikannya. Hampir bersamaan dengan itu dibangun jalan kereta api pertama (1873) antara Batavia-Buitenzorg (Bogor). Pada 1869 muncul tren berkuda yang ditarik empat ekor kuda, yang diberi besi di bagian mulutnya.
Pada pertengahan abad ke-19 seluruh kawasan sekitar Menara Syahbandar yang ditinggali para elit Belanda dan Eropa menjadi tidak sehat. Dan setelah wilayah sekeliling Batavia bebas dari ancaman binatang buas dan gerombolan budak pelarian, banyak orang Sunda Kelapa berpindah ke wilayah selatan.

Abad ke-20
Pada masa kependudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang mulai pada tahun 1942, Batavia diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala tentara Dai Nippon keluar pada tahun 1945, nama ini tetap dipakai oleh Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Kemudian pada masa orde baru, nama Sunda Kelapa dipakai kembali. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. D.IV a.4/3/74 tanggal 6 Maret 1974, nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama pelabuhan. Pelabuhan ini juga bisa disebut Pasar Ikan karena disitu terdapat pasar ikan yang besar.

Sekarang
Pada saat ini, pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan wisata karena nilai sejarahnya yang tinggi. Saat ini pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan yang dikelola oleh PT. Pelindo II yang tidak disertifikasi International Ship and Port Security karena sifat pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau.
Saat ini pelabuhan Sunda Kelapa memiliki luas daratan 760 hektare serta luas perairan kolam 16.470 hektare, terdiri atas dua pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utama memiliki panjang area 3.250m dan luas kolam lebih kurang 1.200 m yang mampu menampung 70 perahu layar motor. Pelabuhan Kalibaru panjangnya 750 m lebih dengan luas daratan 343.399 m2, luas kolam 42.128,74 m2, dan mampu menampung sekitar 65 kapal antar pulau dan memiliki lapangan penumpulan barang seluas 31.131 m2.
Dari segi ekonomi, pelabuhan ini sangat strategis karena berdekatan dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua dan lain-lainnya. Sebagai pelabuhan antar pulau Sunda Kelapa ramai dikunjungi kapal-kapal berukuran 175 BRT. Barang-barang yang diangkut di pelabuhan ini selain barang kelontong adalah sembako serta tekstil. Untuk pembangunan di luar pulau Jawa, dari Sunda Kelapa juga diangkut bahan bangunan seperti besi beton dan lain-lain. Pelabuhan ini juga merupakan tujuam pembongkaran bahan bangunan dari luar Jawa seperti kayu gergajian, rotan, kaoliang, kopra dan lainnya. Bongkar muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara tradisional. Di pelabuhan ini juga tersedia fasilitas gudang penimbunan, baik gudang biasa maupun gudang api.
Dari segi sejarah, pelabuhan ini merupakan salah satu tujuan wisata di DKI. Tidak jauh dari pelabuhan ini terdapat Museum Bahari yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia masa silam serta peninggalan sejarah colonial Belanda di masa lalu.
Disebelah selatan pelabuhan ini terdapat Galangan Kapal VOC dan gedung-gedung VOC yang telah direnovasi. Selain itu pelabuhan ini direncanakan akan menjalani reklamasi pantai untuk pembangunan terminal multifungsi ancol Timur sebesar 500 hektare. [1]



[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_Kelapa

Gambar 1.3 Kawasan Sunda Kelapa
Sumber : Analisis Pribadi, 20 Mei 2016

BAB III
ANALISIS

RAJA KURING RESTAURANT
Gambar 1.4 Raja Kuring Restaurant
Sumber : Analisis Pribadi, 20 Mei 2016 & Google Maps

1. Info Bangunan
·      Nama Awal                                     : Scheepswerven
·      Tahun Dibangun                            : 1635
·      Fungsi Awal Bangunan                 : Toko Kayu
·      Fungsi Bangunan Sekarang           : Restoran
·      Langgam Arsitektur                      : Ekletik
·      Klasifikasi Pemugaran                  : Golongan A
·      Kondisi Bangunan                        : Baik
·      Alamat                                          : Jl. Kakap No. 5, Penjaringan, Jakarta

2. Sebelum Mengalami Revitalisasi

Gambar 1.5 Raja Kuring Restaurant
Sumber : www.Zomato.com

         Setelah Jayakarta (sebelumnya bernama Sunda Kelapa) dikepung dan dihancurkan oleh Belanda tahun 1619, Belanda memutuskan agar kantor pusat Vereenigde Oostindische Compagnie dibangun di Jayakarta. Setelah masa itu, beragam bangunan bergaya eropa mulai banyak berdiri. Gaya arsitektur dominan lainnya pada masa ini adalah rumah-rumah pedagang Cina yang kebanyakan dibangun pada abad ke-18. Sebagian besar struktur bangunan pada masa ini dipengaruhi gaya Belanda dan Cina.
      Salah satu bangunan lama yang bergaya Belanda di kawasan Sunda Kelapa adalah Scheepswerven yang dahulunya berfungsi sebagai toko kayu yang cukup terkenal. 

3. Setelah Direvitalisasi

Gambar 1.6 Raja Kuring Restaurant
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 20 Mei 2016

                Bangunan Scheepswerven ini  sekarang lebih dikenal dengan nama Raja Kuring Restaurant yang saat ini difungsikan sebagai restoran dan juga penyelenggara pesta seperti pernikahan, ulang tahun, seminar, dan lain-lain. Raja Kuring Restaurant berlokasii di Jl. Kakap No. 5, Penjaringan, Jakarta.
            Raja Kuring Restaurant saat ini menempati bangunan kuno peninggalan sejarah Belanda 
yang berusia lebih dari 400 tahun dengan luas bangunan lebih dari 2000 meter persegi. 

4. Eksisting

Bentuk Bangunan
Gambar 1.7 Bentuk Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : Google Maps


Bentuk bangunan dengan langgam ekletik ini memiliki bentuk yang simetris. dilihat dari sisi depan maupun sisi samping bangunan. Bangunan yang simetris mengakibatkan perletakan elemen bangunan lainnya memiliki kesaman atar sisi-sisi nya.

Fasad
Gambar 1.8 Fasad Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : www.Zomato.com

Fasade bangunan didominasi oleh jendela-jendela kayu yang banyak dengan ukuran yang besar-besar serta pilar pilar besar yang membulat.

Atap
Gambar 1.9 Bentuk Atap Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : Google Maps
Atap Restoran Raja Kuring memiliki bentuk perisai yang desainnya disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia.
Gambar 1.10 Dinding Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 20 Mei 2016

Dindingnya berwarna putih khas warna bangunan jaman dulu.

Pintu
Gambar 1.11 Pintu Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : www.zomato.com
Pintu pada Restoran Raja Kuring memiliki gaya klasik, dengan ukuran yang besar dan terbuat dari material kayu.

Jendela
Gambar 1.12 JendelaBangunan Restoran Raja Kuring
Dokumentasi Pribadi, 20 Mei 2016
Sama seperti pintu, jendela  pada Restoran Raja Kuring juga memiliki gaya klasik, dengan ukuran yang besar dan terbuat dari material kayu.

Plafond
Gambar 1.13 Plafond Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : www.zomato.com
Plafond didominasi kayu.

Kolom
Gambar 1.14 Kolom Bangunan Restoran Raja Kuring
Sumber : www.zomato.com
Didominasi oleh pilar-pilar yang tegas, serta pintu dari kayu berukuran besar.

CAFÉ GALANGAN VOC
Gambar 1.3 Café GALANGAN
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 20 Mei 2016
1.        Info Bangunan
·      Nama awal                  : Copagnies Timmer, en Scheepswerf
·      Tahun dibangun          : 1632
·      Fungsi bangunan         :
·      Langgam Arsitektur    : Neoklasik

2.        Sebelum mengalami revitalisasi
Berfungsi sebagai toko
Gambar 1.3 Galangan VOC
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg, 20 Mei 2016

3.        Setelah mengalami revitalisasi
Berfungsi sebagai restaurant . Bangunan galangan kapal di masa Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) ini berada tak jauh dari Pelabuhan Sunda Kelapa, sebuah titik di mana Jakarta bermula. Persis di seberang VOC Galangan, berdiri pula bangunan serupa yang kemudian menjadi Museum Bahari.
Galangan kapal ini sudah beroperasi sejak 1632. Compagnies Timmer en Scheepswerf (Bengkel Kayu dan Galangan Kapal Kompeni) ini berdiri di atas tanah urukan di tepi barat Kali Besar ketika Ciliiwung diluruskan mulai dari Pintu Kecil sampai ke Pasar Ikan.
Gambar 1.3 Galangan VOC saat ini
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 20 Mei 2016

MUSEUM BAHARI
Gambar 1.3 Museum Bahari
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg, 20 Mei 2016

1.        Info Bangunan
·      Nama awal                  : West Zijasch Pakhuis-Kompleks Gudang VOC
·      Tahun dibangun          : 1652
·      Arsitek                        : Ir. Jacques Bollan
·      Fungsi Awal                : Pergudangan
·      Fungsi Sekarang         : Museum
·      Langgam Arsitektur    : -

2.        Sebelum mengalami revitalisasi
Pada masa kependudukan Belanda, bangunan ini adalah sebuah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama VOC. Letak bangunan ini berada di samping muara Ci Liwung. Bangunan ini memiliki dua sisi, yaitu sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat ( dibangunan secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur yang disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan dan tiga unit diantaranya saat ini digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah, kopi, the, tembaga, timah dan tekstil.

Gambar 1.3 Museum Bahari
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg, 20 Mei 2016

Pada masa kependudukan Jepang, gedung-gedung ini dipakai sebagai tempat menyimpan barang logistic tentara Jepang. Setelah Indonesia Merdeka, bangunan ini dipakai oleh PLN dan PTT untuk gudang. Pada tahun 1976, bangunan cagar budaya ini dipugar kembali dan kemudian pada 7 Juli 1977 diresmikan sebagai Museum Bahari.

3.        Setelah mengalami revitalisasi
Pada saat ini, koleksi-koleksi yang disimpan di dalam Museum bahari terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias, hingga kapal zaman VOC. Selain itu ada pula berbagai model dan miniature kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran. Terdapat juga peralatan yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan meriam.

Gambar 1.3 Museum Bahari saat ini
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg, 20 Mei 2016

Museum Bahari juga menampilkan kolesi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara. Museum ini juga menampilkan matra TNI AL, koleksikartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritime Nusantara serta perjalanan kapal KPM Batavia-Amsterdam.

4.      Eksisting

Menara
Gambar 1.4 Menara Syahbandar
Sumber : http://museum-bahari.blogspot.co.id/

Menara Syahbandar dibangun tahun 1839 untuk proses administrasi keluar masuknya kapal sekaligus sebagai pusat pengawasan lautan dan daratan sekitar.

Dinding
Gambar 1.5 Dinding Museum Bahari
Sumber : http://m-skizze.blogspot.co.id

Dinding merupakan dinding struktur dengan ketebalan 20 cm.

Pintu
Gambar 1.6 Pintu Museum Bahari
Sumber : http://m-skizze.blogspot.co.id/
Pintu yang digunakan berbentuk dome dan terbuat dari kayu jati dan kusennya terbuat dari batu. 

Jendela
Gambar 1.7 Jendela Museum Bahari
Sumber : http://m-skizze.blogspot.co.id/


Daun jendela terbuat dari kayu jati dan pegangannya terbuat dari besi. Terdapat juga teralis yang terbuat dari kayu.

Plafond
Gambar 1.8 Plafond Museum Bahari
Sumber : http://m-skizze.blogspot.co.id/

Plafond pada museum bahari menggunakan plafond yang mengekspos balok kayu.

PASAR IKAN
Gambar 1.3 Pasar Ikan
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg, 20 Mei 2016

1.         Info Bangunan
·      Nama awal                              : Vismarkt
·      Tahun dibangun                      : 1635
·      Arsitek                                     : Ir. G. Jobst
·      Fungsi Awal Bangunan           : Pergudangan Kapal
·      Fungsi Bangunan Sekarang     : Direncanakan menjadi pusat penjualan cinderamata
·      Langgam Arsitektur                : Indische
·      Klasifikasi Pemugaran            : A


2.         Sebelum mengalami revitalisasi
Pasar ikan Sunda Kelapa merupakan pusat perdagangan di Asia. Macam-macam jenis ikan bisa ditemukan di Pasar Ikan ini. Seafood dan jenis ikan laut yang sulit ditemuka dipasar lainnya ada disini. Pasar ikan Sunda Kelapa merupakan jaringan perniagaan yang sangat kuat, karena hampir seluruh pedagang ikan lokal maupun asing membeli di Pasar Ikan Sunda Kelapa. Karena letaknya yang tidak jauh dari pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan tetap ramai hingga kini. Didepan areal menuju Pasar Ikan terdapat menara pengawas yang dikenal dengan nama Uiktijk Toren.

Gambar 1.3 Vismarkt
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Colonial_architecture_in_Jakarta, 20 Mei 2016

3.         Setelah mengalami revitalisasi
Berfungsi sebagai pasar TPI . Rencananya kawasan ini akan dilakukan penataan kota tua sebagai objek wisata museum bahari. Nanti akan ada dermaga kecil untuk bersandar yacht dan kapal wisatawan turis asing. Penataan ini diharapkan dapat membawa wisatawan international menikmati Ibu kota DKI Jakarta .

4.         Eksisting

Bentuk Bangunan

Gambar 1.3 Pasar Ikan
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg, 20 Mei 2016

Bentuk bangunan pasar ikan merupakan bentuk simetris persegi panjang yang merupakan deretan dari kios-kios dagang yang terdiri dari 1 sampai 2 lantai bangunan  saat sebelum direstorasi oleh pemprov DKI pada tahun 2016.

Atap
Gambar 1.3 Atap Pasar Ikan
Sumber : Google Earth, 15 Juni 2016
Atap kios-kios yang berada di pasar ikan luar batang menggunakan atap miring berbahan asbes. Kondisi atap sebagin sudah rusak dan terlihat tua. Langgam indische yang ada pada awal pasar ikan dibangun juga sudah tidak terlihat.

Pintu & Jendela
Gambar 1.3 Pintu Bangunan Pasar Ikan
Sumber : Google Earth, 15 Juni 2016
Elemen pintu pada kios pasar ikan luar batang merupakan papan-papan kayu vertikal berwarna biru dan pintu rolling door yang warnanya tidak sama pada tiap-tiap kiosnya. Berikut pula elemen jendela yang tidak terlihat pada fasad kios, karena kios sudah terbuka dibagiaan depan untuk berjualan. Elemen-elemen pintu dan jendela sudah sangat tidak serupa dengan langgam indische pada awal masa bangunan

Warna
Gambar 1.3 Pasar Ikan
Sumber : Google Earth, 15 Juni 2016
Warna pada bangunan kios pasar ikan luar batang merupakan perpaduan warna biru dan hijua pada bagian dinding dan pintunya.

PASAR HEKSAGON
1.         Info Bangunan
·      Nama awal                              : Pasar Heksagon
·      Tahun dibangun                      : 1920
·      Fungsi Awal Bangunan           : Pasar TPI
·      Fungsi Bangunan Sekarang     : Direncanakan menjadi pusat penjualan cinderamata
·      Langgam Arsitektur                : Eklektik
·      Klasifikasi Pemugaran             : B

2.         Sebelum Mengalami Revitalisasi

Gambar 1.3 Pasar Heksagon
Sumber : http://media.zenfs.com/id-ID/homerun/liputan6.com/e06fb8ea559d40102bcd8a205fc0fba1

Disebut Pasar Heksagon karena bentuknya yang segi enam. Pada awalnya bangunan ini merupakan fasilitas teknis dari pelabuhan ikan di pasar ikan, yang dimanfaatkan sebagai tempat pendaratan, pelelangan dan pemasaran ikan.
Dan hingga sebelum dilakukan pemugaran, bangunan ini difungsikan sebagai balai penelitian kelautan dengan akuarium besar dengan berbagai jenis ikan yang ditempatkan didalamnya, yang menjadi pusat wisata bagi warga jakarta pada masanya.

3.         Setelah Mengalami Revitalisasi
         Sebelum kawasan penjaringan jakarta utara, khususnya kawasan pasar ikan luar batang akan direstorasi, pasar heksagon merupakan tempat berjualan dengan pembagian bangunan berupa kios-kios yang dipetakan. Banyak warga baik pembeli atau penjual yang memadati kawasan pasar dan sekitarnya serta kendaraan yang keluar masuk kawasan pasar, sehingga seringkali terjadi kemacetan.

Gambar 1.3 Kondisi sekitar pasar sebelum direstorasi
Sumber : Google Earth, 15 Juni 2016
Perparkiran
Sebelum direstorasi perparkiran di kawasan pasar heksagon hanya menggunakan bahu-bahu jalan di depan kios sebagai tempat parkir, hal ini membuat kemacetan yang tidak dapat dihindari.

4.         Eksisting

Bentuk
Gambar 1.3 Pasar Heksagon
Sumber : http://x.detik.com/detail/intermeso/20160518/Ambisi-DKI-Bangun-Wisata-Bahari-/index.php, 15 Juni 2016

Bentuk bangunan pasar heksagon berbentuk simetris yang merupakan perpaduan dari bentuk segienam dan persegi panjang. Bentuk bangunan menggunakan langgam ekletik yang merupakan campuran dari gaya arsitektur indische dan rumah adat tradisional indonesia.

Atap
Gambar 1.3 Atap Pasar Heksagon
Sumber : Google Earth, 15 Juni 2016
Atap bangunan pasar heksagon menggunakan atap perisai dengan penutup atap berbahan genting yang terbuat dari tanah liat dengan warna kecoklatan. Kondisi atap sebagian sudah rusak dan tua sehingga harus segera diperbaiki dan diganti dengan yang baru

Pintu & Jendela

Gambar 1.3 Pintu Pasar Heksagon
Sumber : Google Earth, 15 Juni 2016

Jika dibandingkan dengan bangunan pasar heksagon pada saat awal, elemen pintu dan jendela yang ada saat ini sudah jauh berbeda bentuk dan materialnya.
Pintu pasar heksagon saat ini merupakan pintu yang terbuat dari papan-papan kayu vetikal berwarna biru, yang digunakan saat pemilik kios pasar menutup kiosnya. Kondisi pintu sudah terbilang cukup tua, sehingga untuk tetap mempertahankan ciri bangunan cagar budaya pasar heksagon, maka diperlukan restorasi yang dapat tetap mempertahankan keasilian dari bangunannya.
Jendela pasar heksagon saat ini tidak tampak dari fasad luarnya, karena pedagang kios sudah cukup mendapatkan sirkulasi udara dengan bagian depan kios yang terbuka untuk berjualan.

Warna
Gambar 1.3 Warna Pasar Heksagon
Sumber : Google Earth, 15 Juni 2016
Bangunan pasar heksagon didominasi oleh warna coklat pada atap dan biru pada pintu-pintu kios pasar.
KOMPLEKS MENARA SYAHBANDAR 
Gambar 1.3 Menara Syahbandar
Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Galangan.jpg, 20 Mei 2016

1.         Info Bangunan
·      Nama awal                  : De Uitjikpost
·      Tahun dibangun          : 1839
·      Fungsi bangunan         : dulu: menara peninjau, sekarang:Museum
·      Langgam Arsitektur    : Neo Klasik

2.         Sebelum mengalami revitalisasi
Disebut juga Uitkljk, Uitkijk Post. Berada di tepi barat muara Ciliwung, tepatnya terletak di Jl. Pasar Ikan No.1, Jakarta. Didirikan tahun 1640 dan berfungsi sebagai De Uitkijk atau menara peninjau, baik ke arah Pelabuhan Sunda Kelapa dan laut lepas di sebelah utara maupun ke arah Kota Batavia di sebelah selatannya. Menara Syahbandar tingginya 40 meter dan untuk mencapai puncaknya terpasang sebuah tangga khusus. Pada tahun 1839 didirikan menara baru sebagai pengganti menara yang lama. Menara ini kemudian direnovasi bersamaan dengan pemugaran bangunan gudang-gudang yang dijadikan Museum Bahari. Sebelum dipugar pernah dijadikan Kantor Komseko (Komando Sektor Kepolisian) dan pernah pula digunakan sebagai Kantor Museum Bahari.
Menara Syahbandar juga berfungsi sebagai menara pengintai serta stasiun meteorologi. Sejak dahulu apabila berada di ruang paling atas dan sedang bertiup angin kencang atau mobil melintas kencang dibawahnya, menara tersebut terasa bergoyang-goyang, sehingga dinamakan juga "Menara Goyang". Menara tersebut dikelilingi oleh tembok tebal yang merupakan sebuah bastion yang menyatu pada tembok pertahanan Kota Batavia tempo dulu. Pada tembok kokoh itu bersandar dua buah meriam kuno masa lalu. Di dalam sebuah ruangan kantor dalam Menara Syahbandar dapat disaksikan sebuah peninggalan masa silam yang unik, berbentuk lempengan batu bertuliskan huruf Cina, diduga merupakan titik meridian atau titik pusat Kota Batavia. Huruf Cina tersebut berbunyi: Batas Titik. Menara Syahbandar sebenarnya berada dalam satu kelompok dengan beberapa bangunan di sekitarnya, antara lain: Gedung di sebelah timur menara yang menghadap keluar atau di sebelah barat Sungai Ciliwung, dahulu digunakan sebagai Kantor Pabean (Bea Cukai); Gedung yang berhadapan dengan menara dan gedung Pabean, pada jaman VOC digunakan sebagai Gedung Navigasi atau gudang perlengkapan kapal; Gedung yang terletak di depan pintu gerbang kompleks menara ini dulunya dipergunakan oleh VOC sebagai Kantor Perdagangannya.

Gambar 1.3 Menara Syahbandar
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Colonial_architecture_in_Jakarta, 20 Mei 2016

Pada masa dahulu dari atas menara ini dapat disaksikan lalu lintas kapal dan perahu serta aktivitas perniagaan sepanjang muara Ciliwung serta wajah Kota Batavia hingga ke laut lepas. Di samping itu panorama indah seluruh kawasan Bandar Sunda Kelapa dan sisa-sisa kejayaan VOC yang masih tertinggal di kawasan kota asli. Kemudian agak ke barat terdapat Menara Pabean, didekatnya terdapat sebuah bangunan rendah yang dahulu berfungsi sebagai kantor administrasi. Salah satu bangunan menara ini agak condong karena ia bertumpu pada dua bagian tanah yang berbeda daya dukungnya. Kedua menara tersebut berdenah persegi panjang. Pola desainnya sederhana, dengan garis-garis kuat, proporsinya mantap dan enak dipandang. Di seberang jalan di sebelah selatan Menara Pabean, terdapat bangunan lama dua lantai yang memanjang dari utara ke selatan. Lingkungan di sekitar bangunan ini dahulu disebut Galangan Kapal milik VOC yang mulai berfungsi sejak tahun 1632. [1]



[1] http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3059/Syahbandar-Menara

3.        Eksisting

Jendela
Gambar 1.3 Menara Syahbandar
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKZFGIH94jcTvjeOs7Ts0tnoBkMd_OacKQ1jjXBiZjPPNnSKhxLFipD9AHNGYKK9d6b0VdCauovjbasMCeghuEAZsVhYFS5cXoLfd1kIqFti5mSjKPJ7wKbtnbS9LVWyIRVth-d83OAUo/s1600/Picture24.jpg

Jendela pada menara Syahbandar memiliki gaya eropa klasik.

 Atap
Gambar 1.3 Menara Syahbandar
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Menara Syahbandar memiliki bentuk perisai yang mana desainnya disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia.

Pintu & Jendela
Gambar 1.3 Pintu Menara Syahbandar
Sumber : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMgcs34zXhv4AQolZkkrJ5DUXCo-tgDyOhowa-SNNwErVKkMzqfpyKdUsz9xcXTvtqp1erohizp40Kh8x4wQiN_f3KaRdDatzmhtMDgcwwPtlqsDYjMYHWW0we44SIdrQi8p9bVXS0sCo/s1600/Picture20.jpg

Sama seperti dengan jendela, pintu pada menara Syahbandar juga memiliki gaya eropa klasik. Hal ini bisa dilihat dari bentukan ventilasi diatas pintu

Warna
Pada awalnya, menara syahbandar memiliki warna bangunan putih. Namun setelah dilakukan pemugaran, warna bangunan ini menjadi kuning gading, dengan warna hijau pada bagian jendela dan pintu. Selain itu, pada ventilasi dan list pintu juga dihiasi dengan warna merah. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari budaya Jakarta asli yaitu budaya Betawi dan Cina.

BAB IV
KESIMPULAN
5.1.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pelabuhan Sunda Kelapa   yang membahas tentang revitalisasi bangunan kolonial dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa ditemukannya berbagai macam golongan klasifikasi pemugaran pada setiap bangunan colonial di Pelabuhan Sunda Kelapa.
2. Penggunaan bangunan colonial di tahun sekarang sangat signifikan karena bangunan colonial nya menjadi pusat wisata Provinsi DKI Jakarta .

Daftar Pustaka
https://en.wikipedia.org/wiki/Colonial_architecture_in_Jakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Sunda_Kelapa
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/82/VIS-MARKT-op-BATAVIA-1682.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0a/Ciliwung_080710-0799_mb.JPG
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/82/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Het_Havenkanaal_met_de_Boom_en_zeilschepen_op_de_rede_Batavia_TMnr_60004893.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0e/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Olieverfschilderij_voorstellende_het_Kasteel_Batavia_gezien_van_Kali_Besar_west_met_op_de_voorgrond_de_vismarkt_TMnr_118-167.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f3/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Kaart_voorstellende_het_Kasteel_en_de_Stad_Batavia_in_het_jaar_1667_TMnr_496-2.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2e/Abandon_sampan.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9e/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Weststraat_Batavia_TMnr_10014884.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/89/Watchtower_Sunda_Kelapa.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/94/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Prauwen_in_het_Havenkanaal_bij_de_Uitkijk_Batavia_TMnr_60050812.jpg
http://www.kompasiana.com/shy.star/jelajah-kota-tua_54fff977a33311bb6d50f8c3
http://sketsaskatsu.blogspot.co.id/2013/07/konservasi-arsitektur-menara-syahbandar.html